Langsung ke konten utama

Workshop-Class Psychowriting bersama GPMB Blitar Raya

Foto di Ruang AVI UPT Perpustakaan Proklamator Bung Karno
Selasa (17/12/19) Workshop-Class Psychowriting bersama GPMB (Gerakan Pemasyarakatan Minat Baca) Blitar Raya baru saja dilaksanakan. Kegiatan ini memanfaatkan ruang AVI UPT Perpustakaan Proklamator Bung Karno. Trainer dalam kegiatan ini yakni Dr. H. Muhsin Kalida, MA. Ia adalah penulis, trainer psychowriting, pegiat literasi nasional, dan Dosen UIN Sunan Kalijaga Jogja. Asalnya dari Kalidawir, Tulungagung. 

Partisipan Workshop-Class Psychowriting ini mulai dari SMP hingga Guru. Keberagaman bukan menjadi penghalang untuk berkarya. Karena dengan ini para Guru bisa mendapat dorongan dari anak-anak muda untuk menulis dan berkarya.

Trainer mengawali kegiatan dengan sedikit kisah menarik. Kisah tentang sosok anak yang nilainya turun karena tali sepatu. Begitu asik ia mengkisahkan itu. Hingga para partisipanpun ada yang tertawa.  

Masuk di inti kegiatan. Trainer menyampaikan tahap-tahap menulis. Adapun tahapan menulis yang ia sampaikan yakni pertama, menulis sesuatu yang dekat dengan diri. Kedua, menciptakan mood bukan menunggu. Ketiga, tulis apa yang sudah didapatkan. Hal-hal lain yang perlu dihindari saat menulis yakni mencampur adukan ketiga hal ini. Tiga hal ini adalah diri sebagai penulis, pembaca, dan editor. Karena di saat menulis dibarengi dengan semua itu akan menyulitkan pikiran bekerja liar. Maksudnya, tidak bisa menuangkan segala hal yang ada dipikiran. Justifikasi diri dengan menghapus beberapa kalimat ataupun paragraf yang sudah jadi akan membuat penulis stuck (berhenti) dalam menulis. 

Setelah aspek-aspek dalam menulis tersampaikan. Dilanjutkan dengan partisipan menuliskan berbagai benda yang telah ditemui dalam pagi itu sebelum hingga sampai di lokasi kegiatan dalam waktu 10 menit. Hal itu tidak berpengaruh pada IQ hanya melihat seberapa kuat daya ingat partisipan di pagi hari itu. Setelahnya semua partisipan melakukan pelemasan. 

Trainer menyuruh semua partisipan untuk memilih 3 benda dari yang sudah ditulis. Lalu, kedua benda lainnya harus dieliminasi. Sehingga tersisa hanya satu benda yang akan dijadikan objek menulis. Partisipan hanya diberikan waktu 45 menit untuk menulis tentang benda yang mereka pilih. Sangat luar biasa, hasil dari itu beberapa partisipan mampu menulis puisi yang indah dan filosofis serta narasi yang menarik. Hanya dari objek benda yakni baju, bebek, dan ayam petelur.

Kegiatan berlangsung begitu baik dan menarik. Workshop-Class Psychowriting berakhir pada pukul 11.30. Diakhiri dengan sesi foto bersama. 

Foto di depan Ruang AVI UPT Perpustakaan Proklamator Bung Karno


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ekonomi Kreatif, Lestarikan Budaya

Disbudpar Kota Blitar, Stakeholder, Batik Mawar Putih  Kita tidak asing lagi dengan kosakata ekonomi kreatif dan pelestarian budaya. Tingkatan pemerintah daerah mendorong program tersebut. Bagaimana tidak? Fasilitas berbagai agenda kebudayaan telah ada di Kota Blitar. Apalagi menjelang bulan pertengahan hingga akhir tahun, selalu disemarakkan dengan festival. Kali ini Zulfa Ilma Nuriana hadir bersama Ikla Harmoa dalam sarasehan stakeholder yang diselenggarakan oleh Disbudpar Kota Blitar. Mereka sebagai perwakilan Forum Lingkar Pena Blitar. Keseruan mengikuti agenda ini terwujud dalam sesi tanya jawab yang diawali dengan promosi company. Selain itu, usai agenda pun bisa berbincang dengan narasumber maupun yang lain. Agenda ini lebih hidup karena ada sesi belajar.  Sesi belajar atau umumnya dikatakan seminar ini bertajuk Strategi Industri Kreatif Lokal Menembus Pasar Global. Pematerinya ialah sepasang suami istri bernama Yogi Rosdianta dan Santika Mawar dari Batik Mawar Putih. Materi yan

Kereta Lagi, Kereta Terus

Pengambilan Foto di jalan Sultan Ahmed, Istanbul  Perjalanan pada Januari 2020 lalu begitu berkesan. Karena banyak hal yang dapat Zulfa eksplor di Türkiye, khususnya daerah Istanbul. Berbekal jiwa nekad dan ridho orang tua, Zulfa memberanikan diri untuk mengikuti agenda Konferensi Tingkat Tinggi. Bonusnya ia bisa extend 6 hari di Istanbul. Enaknya di kota ini kita kemana-mana dengan kereta. Ada kereta di jalan raya dan bawah tanah. Pemanfaatannya juga gampang yang penting punya saldo di Istanbul Card. Cukup padat transportasi umum dan pribadi. Karena selama di sini, Zulfa selalu menjumpai kendaraan. Tapi itu ada di jalan raya.  Jalan-jalan kecil hanya ada kendaraan pribadi. Bedanya budaya antri di Istanbul dan Blitar itu begitu kontras. Ketika Zulfa antri, ia hanya melihat sedikit tempat duduk untuk menunggu. Cukup kaget juga, ternyata lebih banyak antri berdiri dan tinggal masuk daripada duduk di kursi tunggu. Kala itu ia sempat berpikir, "Gercep amat orang-orang masuk ke kereta

Perburuan Tiket Konferensi di Türkiye

Zulfa Ilma Nuriana dalam Koran Jawa Pos tahun 2020 Tiket pesawat yang bikin jantung up and down . Belinya aja tiga hari sebelum tanggal keberangkatan. Hubungin banyak orang di tengah malam. Gak tahu gimana proses belinya. Jalan kepepet kulalui yakni beli pada agen tiket. Awalnya dapat tiket yang perlu transit. Tapi tiket tersebut terdahului oleh yang lain, aku pun dicarikan lagi. Syukur sekali aku justru dapat tiket yang pulang pergi tanpa transit dengan maskapai Turkish Airlines.  Perjalanannya pun juga tak singkat. Hampir 12 jam di dalam pesawat Turkish Airlines. Namun tak melelahkan karena fasilitasnya begitu baik. Kunikmati dengan mendengar murotal, lagu, mengamati langit, tidur, makan, ibadah, dan menonton film pada monitor atau TV kecil. Mau menyicil penelitian, tapi tak bisa karena melihat layar laptop bikin pusing. Sempat terjadi turbulence yang cukup lama. Alhamdulillah tidak begitu terasa guncangannya meski panik juga di awal.  Perjalanan menuju konferensi Istanbul Youth Sum