Langsung ke konten utama

Belajar dari Covid-19


Dilema untuk kemana-mana. Di dalam rumah pilihan utama. Tak ada yang menyangka pandemi Covid-19 melanda cukup lama. Sedetik senja pun sulit kulihat. Hati terasa terjerat. Tetapi, kenyataan bukan tuk tolak pendapat melainkan memperkuat. Supaya rantai Covid-19 terjerat. Hingga dia tak lagi merasa hebat.

Persoalan ini bukan main-main. Jangan hanya dibuat bahan gunjingan. Tak lama ini banyak berita mengabarkan seorang pemuda di kenai pidana. Karena apa coba? Covid-19 sangatlah berbahaya. Maunya ngeprank eh dianya di prank Covid-19.

Tak habis pikir. Diberi kebaikan malah dilewatkan. Kayak persoalan satu ini.  Jeruji besi penuh jadi longgarkan tahanan. Ya, beberapa napi dibebaskan.  Guna menghambat penyebaran. Namun, sayangnya tak mereka indahkan. Lagi-lagi berulah dalam kesepian. Risaukan masyarakat untuk berpergian. Ujung-ujungnya mereka kembali lagi ketahanan.

Lucu, tapi ya gak bisa ketawa. Alasannya terus saja karena gak ada uang lalu nyuri buat makan. Ada lagi yang takut kalau dunia udah mau kiamat. Tenang aja masing-masing orang udah ada jatahnya. Mati atau enggak sudah di tangan Allah. Tapi, patuhi aturan yang berlaku. Jangan asal ke sana ke mari tak peduli dengan orang lain.

Siang tadi aja Ibu saya baru dah percaya. Percaya sama omongan saya. Beberapa hari yang lalu tuh kan marah. Ibu ketika marah kadang gak terkontrol. Langsung saja keluar rumah. Tepat itu juga saya banyak cakap tentang covid-19. Intinya jangan dari rumah karena di luar sana sudah banyak yang terkena. Serta, kita pun tidak tahu siapa yang membawa virus Covid-19.

Ternyata Ibu gak mau dengar larangan saya. Walaupun sudah saya ancam. Ancamannya itu rumah dikunci. Tapi karena Ibu pergi, saya dan Bapak pun bersepakat untuk mengunci rumah.

Saya di dalam rumah masih ngedumel. Tapi, Bapak udah dapet ide cemerlang. Beliau taruh sejenis hand sanitizer dan air di depan pintu masuk yang tadinya dikunci. Saya aja gak kepikiran hal itu.

Selain itu, Bapak kasih potongan kardus ke saya. Beliau nyuruh saya untuk membuat tulisan apa saja. Yaudah saya tulis "Tidak menerima orang masuk" sambil kasih ilustrasi orang pakai masker. Tulisan itu di taruh di depan pintu juga.

Itu semua kami lakukan demi tetap terjaga kebersihan dan kenyamanan di rumah. Kabar tadi Siang yang menggembirakan adalah Ibu paham bahwa Covid-19 mudah menyebar di mana saja. Beliau baru dapat kabar bahwa beberapa daerah sudah bertambah lagi orang yang positif Covid-19.

Semakin ke sini jumlah bertambah. Tapi, banyak kok hikmahnya. Kita tetap harus berusaha berpikir positif. Supaya beban diri tidak terlalu banyak. Sehingga, tekanan pun berkurang.

Soal kehidupan sekarang di jalani saja. Manusia memang besar rencana. Tapi, keputusan hanya di Allah Swt. Rindu ya akan dunia yang lalu? Jangan kau putus harapan. Tetap jaga kebahagiaan dan bertahan dalam keadaan.

Perlahan-lahan setiap pertanyaan diberikan jawaban. Sandang, pangan, papan sudah disiapkan. Tinggal di desa bersyukurlah. Kalaupun sulit mencari sinyal. Masih ada alam yang berteman. Daun singkong bisa dijadikan masakan. Ketela sebagai pengganti beras yang sulit kau dapatkan.

Pemanfaatan sumber daya alam yang baik akan berdampak baik juga. Sederhana, tapi sangat bergizi dan bermakna. Di luar negeri orang-orang bergotong-royong memanfaatkan ladang untuk ditanami berbagai macam komoditi tanaman. Nah, bibit yang sudah besar dibagikan kepada para pribumi yang kesulitan mendapatkan bahan makanan.

Pandemi Covid-19 berikan banyak pelajaran. Walaupun berperang melawannya kita diajari namanya kebesihan, kemanusiaan, dan kebermanfaatan. Belajar dari Covid-19 itulah kenyataannya. []

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ekonomi Kreatif, Lestarikan Budaya

Disbudpar Kota Blitar, Stakeholder, Batik Mawar Putih  Kita tidak asing lagi dengan kosakata ekonomi kreatif dan pelestarian budaya. Tingkatan pemerintah daerah mendorong program tersebut. Bagaimana tidak? Fasilitas berbagai agenda kebudayaan telah ada di Kota Blitar. Apalagi menjelang bulan pertengahan hingga akhir tahun, selalu disemarakkan dengan festival. Kali ini Zulfa Ilma Nuriana hadir bersama Ikla Harmoa dalam sarasehan stakeholder yang diselenggarakan oleh Disbudpar Kota Blitar. Mereka sebagai perwakilan Forum Lingkar Pena Blitar. Keseruan mengikuti agenda ini terwujud dalam sesi tanya jawab yang diawali dengan promosi company. Selain itu, usai agenda pun bisa berbincang dengan narasumber maupun yang lain. Agenda ini lebih hidup karena ada sesi belajar.  Sesi belajar atau umumnya dikatakan seminar ini bertajuk Strategi Industri Kreatif Lokal Menembus Pasar Global. Pematerinya ialah sepasang suami istri bernama Yogi Rosdianta dan Santika Mawar dari Batik Mawar Putih. Materi yan

Kereta Lagi, Kereta Terus

Pengambilan Foto di jalan Sultan Ahmed, Istanbul  Perjalanan pada Januari 2020 lalu begitu berkesan. Karena banyak hal yang dapat Zulfa eksplor di Türkiye, khususnya daerah Istanbul. Berbekal jiwa nekad dan ridho orang tua, Zulfa memberanikan diri untuk mengikuti agenda Konferensi Tingkat Tinggi. Bonusnya ia bisa extend 6 hari di Istanbul. Enaknya di kota ini kita kemana-mana dengan kereta. Ada kereta di jalan raya dan bawah tanah. Pemanfaatannya juga gampang yang penting punya saldo di Istanbul Card. Cukup padat transportasi umum dan pribadi. Karena selama di sini, Zulfa selalu menjumpai kendaraan. Tapi itu ada di jalan raya.  Jalan-jalan kecil hanya ada kendaraan pribadi. Bedanya budaya antri di Istanbul dan Blitar itu begitu kontras. Ketika Zulfa antri, ia hanya melihat sedikit tempat duduk untuk menunggu. Cukup kaget juga, ternyata lebih banyak antri berdiri dan tinggal masuk daripada duduk di kursi tunggu. Kala itu ia sempat berpikir, "Gercep amat orang-orang masuk ke kereta

Perburuan Tiket Konferensi di Türkiye

Zulfa Ilma Nuriana dalam Koran Jawa Pos tahun 2020 Tiket pesawat yang bikin jantung up and down . Belinya aja tiga hari sebelum tanggal keberangkatan. Hubungin banyak orang di tengah malam. Gak tahu gimana proses belinya. Jalan kepepet kulalui yakni beli pada agen tiket. Awalnya dapat tiket yang perlu transit. Tapi tiket tersebut terdahului oleh yang lain, aku pun dicarikan lagi. Syukur sekali aku justru dapat tiket yang pulang pergi tanpa transit dengan maskapai Turkish Airlines.  Perjalanannya pun juga tak singkat. Hampir 12 jam di dalam pesawat Turkish Airlines. Namun tak melelahkan karena fasilitasnya begitu baik. Kunikmati dengan mendengar murotal, lagu, mengamati langit, tidur, makan, ibadah, dan menonton film pada monitor atau TV kecil. Mau menyicil penelitian, tapi tak bisa karena melihat layar laptop bikin pusing. Sempat terjadi turbulence yang cukup lama. Alhamdulillah tidak begitu terasa guncangannya meski panik juga di awal.  Perjalanan menuju konferensi Istanbul Youth Sum