Langsung ke konten utama

Di Bawah Lindungan-Nya


Sendiri bukan berarti tak ada yang menjaga. Allah selalu ada untuk kita. Ketika kau tak ingat dengan Allah. Allah tetap memberi kebaikan kepada hamba-Nya. Tiada beda manusia di mata-Nya.

Pada suatu waktu, Zul tertinggal seorang diri di Bandara Internasional Turki tepatnya Istanbul. Sehari sebelumnya temannya telah pulang terlebih dahulu. Ya... karena mereka memiliki jadwal pulang yang berbeda.

Setelah mereka flight, Zul pun beralih tempat ke mushola yang ada di bandara. Mulanya Zul dan temannya duduk di daerah dekat tempat cek in. Karena di tempat duduk itu mereka bisa mengisi baterai handphone dan istirahat.

Di mushola Zul bertemu dengan berbagai orang dari negara yang berbeda-beda. Memang tidak diperbolehkan untuk tidur di mushola. Tetapi, mau bagaimana lagi. Itu satu-satunya tempat yang nyaman. Karena ketika sholat barang-barang pun bisa aman. Utamanya ya bisa sholat tanpa khawatir dengan barang.

Pada malam yang cukup dingin dia pun tertidur di mushola. Di sampingnya ada Ibu yang sudah paruh baya juga tertidur pulas. Beliau orang Turki asli. Karena tidak bisa berbahasa selain itu. Jadi, Zul dan Ibu itu bercakap-cakap hanya menggunakan gerak tubuh.

Tak terasa waktu shubuh pun tiba. Zul terheran, ada sebuah selimut cokelat yang menutupi badannya. "Pantas saja aku tidak kedinginan," tungkasnya. Masih terheran dengan melipat selimut itu. Syukurlah di mushola terdapat tempat untuk mengisi baterai. Jadi, ia tidak perlu bolak balik ke tempat duduk itu lagi. Ya... tempat yang cukup jauh dan melelahkan jika harus bolak balik membawa koper dan tas. Kemudian ia pergi mengambil air wudhu. Lalu, melaksanakan sholat.

Kewajibannya sudah ia tunaikan. Namun, suara cacing-cacing di perut terdengar begitu keras. Ia ingin membeli makanan tapi uang liranya tidak cukup. Jadi, Zul pun harus menahan lapar. Tak lama dari ia menahan lapar Ibu yang semalam tidur di sampingnya menawari makanan. Tetapi, Zul tidak paham maksud beliau.

Ada Ibu lainnya yang membantu Zul untuk memahami maksud Ibu yang di sampingnya. Ibu yang tampak lebih muda membantunya dengan mengalih bahasakan dari bahasa Turki ke bahasa Inggris. Akhirnya, Zul pun tahu maksud Ibu paruh baya itu.

Ibu paruh baya itu memberikan makanan dan beberapa camilan ringan. Lantas Ibu muda tadi pergi lebih dahulu. Karena jadwal penerbangannya sebentar lagi. Zul yang tak sekedar menerima kebaikan, ia pun berucap terima kasih. Serta, sedikit berbincang dengannya. Ternyata Ibu muda itu berasal dari Azerbaijan. Zul hanya tersenyum. Karena kala itu ia tidak tahu Azerbaijan itu berlokasi dimana.

Tak lama setelah Ibu asal Azerbaijan itu pergi. Ibu paruh baya itu menyusul juga. Walaupun mereka berbeda tujuan. Sehingga, Zul pun seorang diri di mushola. Mushola pun dibersihkan oleh petugas kebersihan. Hal itu membuatnya harus pindah lokasi. Supaya mereka mudah untuk membersihkan.

Zul pun menuju tempat duduk yang sebelumnya ia duduki dengan temannya. Di situ ia hanya berkomunikasi dengan teman menggunakan handphone dan memakan makanan dari Ibu paruh baya. Setiap tiba waktu sholat ia pun ke mushola. Jadi, yang awalnya ia berniat tidak bolak balik, akhirnya tetap bolak balik dengan bawa koper dan tas.

Waktu berputar begitu cepat. Rasa bosan tidak terlalu menghampiri walaupun sendiri. Ia menyibukkan diri dengan berbagai hal. Hingga ia pun lelah. Tetapi, tidak ingin tidur karena menjaga barang yang ia bawa.

Tiba-tiba ada pesan masuk dari sahabatnya. Isi pesan itu memintanya untuk memberikan salam dari Turki. Lelah dan tak ingin jalan lagi. Tapi, hatinya berkata untuk membuatkan salam itu. Ia pun memutuskan untuk mencari tempat yang menandakan lokasi Turki. Untungnya di bandara terdapat tulisan Istanbul 2020. Itu pun lokasinya sangat jauh dari tempat duduknya.

Zul berjalan menuju lokasi tersebut. Ia pun sesegera mungkin untuk membuat salam. Karena ia ingin cepat beristirahat. Ketika membuat pesan  ada seorang kakak yang menghampiri.

Kakak itu mengira Zul dari Malaysia. Ternyata mereka sama-sama dari Indonesia. Zul dan kakak itu semakin dekat. Berbincang cukup lama saling bertanya dan menjawab. Ketemu pada satu jawaban yang membuat Zul sangat senang. Jadwal penerbangan kakak itu sama dengannya.

Doa Zul yang terjawab. Ia pulang dengan banyak teman baru. Kakak itu ternyata tidak sendiri melainkan berempat. Akhirnya, kegelisahannya seharian sudah mulai reda. Dimanapun manusia pasti tetap terjaga. Percaya akan kuasa Allah dan tetap memohon perlindungannya. Kebaikan di Negeri Dua Benua pun bertubi-tubi ia dapatkan.

Jika sudah mendapat kebaikan. Maka kita pun harus memberikan kebaikan. Supaya kebahagiaan, senyuman, maupun tawa tidak hanya terlukiskan pada sedikit orang. Niat yang baik pasti akan kembali baik. []


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ekonomi Kreatif, Lestarikan Budaya

Disbudpar Kota Blitar, Stakeholder, Batik Mawar Putih  Kita tidak asing lagi dengan kosakata ekonomi kreatif dan pelestarian budaya. Tingkatan pemerintah daerah mendorong program tersebut. Bagaimana tidak? Fasilitas berbagai agenda kebudayaan telah ada di Kota Blitar. Apalagi menjelang bulan pertengahan hingga akhir tahun, selalu disemarakkan dengan festival. Kali ini Zulfa Ilma Nuriana hadir bersama Ikla Harmoa dalam sarasehan stakeholder yang diselenggarakan oleh Disbudpar Kota Blitar. Mereka sebagai perwakilan Forum Lingkar Pena Blitar. Keseruan mengikuti agenda ini terwujud dalam sesi tanya jawab yang diawali dengan promosi company. Selain itu, usai agenda pun bisa berbincang dengan narasumber maupun yang lain. Agenda ini lebih hidup karena ada sesi belajar.  Sesi belajar atau umumnya dikatakan seminar ini bertajuk Strategi Industri Kreatif Lokal Menembus Pasar Global. Pematerinya ialah sepasang suami istri bernama Yogi Rosdianta dan Santika Mawar dari Batik Mawar Putih. Materi yan

Kereta Lagi, Kereta Terus

Pengambilan Foto di jalan Sultan Ahmed, Istanbul  Perjalanan pada Januari 2020 lalu begitu berkesan. Karena banyak hal yang dapat Zulfa eksplor di Türkiye, khususnya daerah Istanbul. Berbekal jiwa nekad dan ridho orang tua, Zulfa memberanikan diri untuk mengikuti agenda Konferensi Tingkat Tinggi. Bonusnya ia bisa extend 6 hari di Istanbul. Enaknya di kota ini kita kemana-mana dengan kereta. Ada kereta di jalan raya dan bawah tanah. Pemanfaatannya juga gampang yang penting punya saldo di Istanbul Card. Cukup padat transportasi umum dan pribadi. Karena selama di sini, Zulfa selalu menjumpai kendaraan. Tapi itu ada di jalan raya.  Jalan-jalan kecil hanya ada kendaraan pribadi. Bedanya budaya antri di Istanbul dan Blitar itu begitu kontras. Ketika Zulfa antri, ia hanya melihat sedikit tempat duduk untuk menunggu. Cukup kaget juga, ternyata lebih banyak antri berdiri dan tinggal masuk daripada duduk di kursi tunggu. Kala itu ia sempat berpikir, "Gercep amat orang-orang masuk ke kereta

Perburuan Tiket Konferensi di Türkiye

Zulfa Ilma Nuriana dalam Koran Jawa Pos tahun 2020 Tiket pesawat yang bikin jantung up and down . Belinya aja tiga hari sebelum tanggal keberangkatan. Hubungin banyak orang di tengah malam. Gak tahu gimana proses belinya. Jalan kepepet kulalui yakni beli pada agen tiket. Awalnya dapat tiket yang perlu transit. Tapi tiket tersebut terdahului oleh yang lain, aku pun dicarikan lagi. Syukur sekali aku justru dapat tiket yang pulang pergi tanpa transit dengan maskapai Turkish Airlines.  Perjalanannya pun juga tak singkat. Hampir 12 jam di dalam pesawat Turkish Airlines. Namun tak melelahkan karena fasilitasnya begitu baik. Kunikmati dengan mendengar murotal, lagu, mengamati langit, tidur, makan, ibadah, dan menonton film pada monitor atau TV kecil. Mau menyicil penelitian, tapi tak bisa karena melihat layar laptop bikin pusing. Sempat terjadi turbulence yang cukup lama. Alhamdulillah tidak begitu terasa guncangannya meski panik juga di awal.  Perjalanan menuju konferensi Istanbul Youth Sum