Langsung ke konten utama

Sebuah Peringatan berikan Kebaikan


Dunia semakin hari mengungkap berbagai keluh kesahnya. Ia tak bisa berbicara bahwa perlu recovery untuknya. Tetapi, peringatan untuk kita sering kali diutarakan. Sederhana saja, seperti pandemi ini. Lantas kenapa sebagai peringatan?

Banyak dari kita yang telah terbutakan oleh harta dan tahta. Sedikit sekali yang melirik saudara kita yang sedang kelaparan di luar sana. Namun, pandemi membalikan kenyataan itu. Kebaikan bak bunga mekar di musim semi.

Awalnya sedikit kemudian menjadi bukit. Pancasila sebagai dasar negara dan falsafah hidup bangsa, sangat tampak teraktualisasikan di tengah pandemi ini. Rasa kemanusiaan masyarakat Indonesia meningkat begitu drastis. Saling bergotong royong, sambung menyambung untuk membantu.

Berbagai platform online telah membuka layanan donasi. Relawan di penjuru nusantara beraksi. Ingat pejuang melawan Covid-19 bukan hanya dokter dan tenaga kesehatan saja. Tetapi, kita seluruh lapisan masyarakat adalah pejuang. Bukan saatnya saling menjatuhkan tapi saling menguatkan. Apakah kita tidak ingin menyapa dunia yang lebih baik lagi?

Covid-19 bukan penjajah yang tampak dan dapat dimusnahkan dengan peluru saja. Semua sudah mengorasikan untuk hidup sehat. Alangkah baiknya dunia memberikan peringatan ini untuk kita. Hikmah dibalik musibah pasti ada. Mungkin banyak orang yang sudah tidak peduli dengan kebersihan menjadi berbondong-bondong untuk menjaga kebersihan di lingkungannya.

Orang-orang juga berupaya untuk menjaga kesehatannya dengan berbagai cara. Mulai dari olahraga, makan makanan yang sehat, hidup bersih, dan berpikir positif. Berpikir positif mudah untuk kita lakukan. Cukup dengan selalu bersyukur atas apa yang sudah kita miliki saat ini.

Saudara kita banyak yang masih kelaparan di luar sana. Tetapi ingat di dalam sholat bahwa kita melakukan salam pertama ke arah kanan dan salam ke dua ke arah kiri. Artinya berikan kebahagiaan ke lingkup keluarga baru ke tetangga. Jangan sampai membiarkan sanak keluarga kelaparan. Sedangkan, kita tersibukkan dengan orang jauh. Memang bagus tetapi utamakan yang terdekat dari kita.

Hal ini yang membuat saya setiap kali mau melangkah memberi sesuatu ke orang jauh, jadi mengingat keluarga terdekat. Sudahkah saya berbagai kebaikan dan kebahagiaan? Kemudian saya pun mendahulukan sanak keluarga walau hanya bisa berbagi sedikit saja. Setelah itu, barulah mengulurkan tangan ke orang-orang yang berada di jauh sana.

Upaya berbagi tetap bisa kita lakukan walau terkendala jarak. Kebaikan yang kita amanahkan percayalah pasti tersampaikan. Karena jika kita berniat karena Allah apapun hasilnya bisa tetap bermanfaat.

Niat lama yang baru saja terlaksana, membuat diri semakin kecil. Allah telah mencukupi kita tetapi kepahaman kita terhadap kasih-Nya terkadang masih lama. Bagi saya tidak ada yang sia-sia. Selagi ada sisa-sisa usia, semaksimal mungkin kita bisa berguna bagi umat dan bangsa.

Sebuah amanah yang telah tersampaikan. Walaupun hanya sedikit yang saya berikan pasti akan berdampak kebahagiaan. Yayasan Baitul Yataama Fadlan telah mewujudkan niat lama saya. Karena ketika saya bingung untuk mencarai sebuah yayasan anak yatim. Secara tiba-tiba ada akun instagram yang menyampaikan pesan. Lantas saya pun memberikan bantuan.

Alhamdulillah belum lama ini yayasan tersebut memberikan bantuan berupa 50 paket sembako, beras dan uang santunan untuk anak anak yatim yang terdampak covid-19 di daerah Kemang Kahuripan, Parung - Bogor.

Sungguh indah berbagi kebaikan dengan orang yang jauh dari kita. Karena kita telah berupaya untuk memberikan kebahagiaan dengan orang terdekat. Pasti, orang baik yang jauh walaupun tersekat oleh jarak akan mendekat. []



"Tulisan ini diikutsertakan dalam Blog Competition "Ceritaku Dari Rumah" yang diselenggarakan oleh Ramadan Virtual Festival dari Dompet Dhuafa Sulawesi Selatan"
@ddsulsel @ramadanvirfest
#CeritakuDariRumahDDSulsel
#BlogCompetitionCeritakuDariRumah

Komentar

  1. Alhamdulillah... senang sekali bisa berbagi dengan anak yatim. Semoga anak yatim di daereah Kemang Kahuripan, Parung - Bogor sehat dan sukses selalu

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ekonomi Kreatif, Lestarikan Budaya

Disbudpar Kota Blitar, Stakeholder, Batik Mawar Putih  Kita tidak asing lagi dengan kosakata ekonomi kreatif dan pelestarian budaya. Tingkatan pemerintah daerah mendorong program tersebut. Bagaimana tidak? Fasilitas berbagai agenda kebudayaan telah ada di Kota Blitar. Apalagi menjelang bulan pertengahan hingga akhir tahun, selalu disemarakkan dengan festival. Kali ini Zulfa Ilma Nuriana hadir bersama Ikla Harmoa dalam sarasehan stakeholder yang diselenggarakan oleh Disbudpar Kota Blitar. Mereka sebagai perwakilan Forum Lingkar Pena Blitar. Keseruan mengikuti agenda ini terwujud dalam sesi tanya jawab yang diawali dengan promosi company. Selain itu, usai agenda pun bisa berbincang dengan narasumber maupun yang lain. Agenda ini lebih hidup karena ada sesi belajar.  Sesi belajar atau umumnya dikatakan seminar ini bertajuk Strategi Industri Kreatif Lokal Menembus Pasar Global. Pematerinya ialah sepasang suami istri bernama Yogi Rosdianta dan Santika Mawar dari Batik Mawar Putih. Materi yan

Kereta Lagi, Kereta Terus

Pengambilan Foto di jalan Sultan Ahmed, Istanbul  Perjalanan pada Januari 2020 lalu begitu berkesan. Karena banyak hal yang dapat Zulfa eksplor di Türkiye, khususnya daerah Istanbul. Berbekal jiwa nekad dan ridho orang tua, Zulfa memberanikan diri untuk mengikuti agenda Konferensi Tingkat Tinggi. Bonusnya ia bisa extend 6 hari di Istanbul. Enaknya di kota ini kita kemana-mana dengan kereta. Ada kereta di jalan raya dan bawah tanah. Pemanfaatannya juga gampang yang penting punya saldo di Istanbul Card. Cukup padat transportasi umum dan pribadi. Karena selama di sini, Zulfa selalu menjumpai kendaraan. Tapi itu ada di jalan raya.  Jalan-jalan kecil hanya ada kendaraan pribadi. Bedanya budaya antri di Istanbul dan Blitar itu begitu kontras. Ketika Zulfa antri, ia hanya melihat sedikit tempat duduk untuk menunggu. Cukup kaget juga, ternyata lebih banyak antri berdiri dan tinggal masuk daripada duduk di kursi tunggu. Kala itu ia sempat berpikir, "Gercep amat orang-orang masuk ke kereta

Perburuan Tiket Konferensi di Türkiye

Zulfa Ilma Nuriana dalam Koran Jawa Pos tahun 2020 Tiket pesawat yang bikin jantung up and down . Belinya aja tiga hari sebelum tanggal keberangkatan. Hubungin banyak orang di tengah malam. Gak tahu gimana proses belinya. Jalan kepepet kulalui yakni beli pada agen tiket. Awalnya dapat tiket yang perlu transit. Tapi tiket tersebut terdahului oleh yang lain, aku pun dicarikan lagi. Syukur sekali aku justru dapat tiket yang pulang pergi tanpa transit dengan maskapai Turkish Airlines.  Perjalanannya pun juga tak singkat. Hampir 12 jam di dalam pesawat Turkish Airlines. Namun tak melelahkan karena fasilitasnya begitu baik. Kunikmati dengan mendengar murotal, lagu, mengamati langit, tidur, makan, ibadah, dan menonton film pada monitor atau TV kecil. Mau menyicil penelitian, tapi tak bisa karena melihat layar laptop bikin pusing. Sempat terjadi turbulence yang cukup lama. Alhamdulillah tidak begitu terasa guncangannya meski panik juga di awal.  Perjalanan menuju konferensi Istanbul Youth Sum