Langsung ke konten utama

Turbe of Sultan Ahmed Khan



Singkat waktu di wilayah Sultanahmed tercatat pada angan penulis. Sebuah kesempatan yang entah bisa terulang ataupun tidak. Penulis berusaha untuk membingkai beberapa catatan kecil yang diperoleh ketika menyusuri negeri Dua Benua. Salah satunya dengan berziarah ke makam keluarga Sultan Ahmed Khan. Di sini penulis merasakan hal yang beda. Mulai masuk ke makam hingga ke luar. Adapun sejarah yang teringkas sebagai berikut;

The 14th Ottoman Sultan, Sultan Ahmed I, was the son of Sultan Mehmed III, and Handan Sultan. Sultan Ahmed I, the first Ottoman sultan who ascended the throne without going to starboard, changed the Ottoman succession system and brought the Akbar and Erşed system. He also wrote poems under the pseudonym "Bahti". The turbe in Sultanahmet Islamic-Ottoman Complex had been started to be built after his death and was completed in 1619 by Sultan Osman II.


Sultan Ottoman ke-14, Sultan Ahmed I, adalah putra Sultan Mehmed III. Sultan Ahmed I adalah Sultan Ottoman pertama yang naik tahta tanpa going to starboard, mengubah sistem suksesi Ottoman dan membawa sistem Akbar dan Erşed. Dia juga menulis puisi dengan nama samaran "Bahti". Sultan Ahmed I Khan lahir pada tahun 1590 dan meninggal di tahun 1617. Masa jabatannya mulai 1603 hingga 1617. Turbe di Kompleks Islam-Ottoman Sultanahmet telah mulai dibangun setelah kematiannya dan selesai pada 1619 oleh Sultan Osman II.

The sons of Sultan Ahmed I 16th Ottoman Sultan Osman II and 17th Ottoman Sultan Murad IV were buried in this turbe. Sultan Osman II who wrote poems like his father, used the pseudonym "Farisi".


Putra-putra Sultan Ahmed I Ottoman Sultan Osman II ke-16 dan Ottoman Sultan Murad IV ke-17 dimakamkan di turbe ini. Sultan Osman II yang menulis puisi seperti ayahnya, menggunakan nama samaran "Farisi".

Sultan Murad IV has returned successfully from Baghdad and Revam Expeditions in 1635 and had a mansion constructed the palace in memory of the expeditions. There is also an inscription written for the Sultan Murad IV in the turbe.


Sultan Murad IV telah berhasil kembali dari Ekspedisi Baghdad dan Revam pada tahun 1635 dan membangun sebuah istana untuk mengenang ekspedisi tersebut. Ada juga sebuah prasasti yang ditulis untuk Sultan Murad IV di turbe.

The turbe, which is covered with marble from the outside, has a square plan with bevelled corners  and the top is covered with a dome. The door of the building, which has a three-unit portico in front of it, is made of Kundekari technique and decorated with ivory, mother of pearl and tortoiseshell inlays. Just opposite of the entrance door of the tomb was enlarged to the west with an iwan. The interior is lightened by windows arranged in 3 rows. In the building Iznik tiles with the herbal composition and hand-drawn decorations underglaze technique are seen.


Turbe, yang ditutupi dengan marmer dari luar, memiliki rencana persegi dengan sudut miring dan bagian atas ditutupi dengan kubah. Pintu bangunan, yang memiliki serambi tiga unit di depannya, terbuat dari teknik Kundekari dan dihiasi dengan gading, ibu dari mutiara dan inlay kulit penyu. Tepat di seberang pintu masuk makam itu diperbesar ke barat dengan iwan. Interior diterangi oleh jendela yang diatur dalam 3 baris. Di gedung Iznik ubin dengan komposisi herbal dan dekorasi digambar tangan teknik glasir terlihat.

There are total 36 people belonging to the Ottoman dynasty family together buried in the turbe, including three sultans and Sultan Ahmet I Khan's wife Mahpeyker Kosem Sultan.


Ada total 36 orang dari keluarga dinasti Ottoman bersama-sama dimakamkan di turbe, termasuk tiga sultan dan istri Sultan Ahmet I Khan Mahpeyker Kosem Sultan.

Beberapa terjemahan ada yang dikurangi dan ditambahi oleh penulis. Namun, tidak perlu khawatir akan kredibilitas tulisan. Karena sumber berbahasa Inggris asli dari sebuah translater yang terdapat di papan depan makam tetap penulis terakan. 

 

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ekonomi Kreatif, Lestarikan Budaya

Disbudpar Kota Blitar, Stakeholder, Batik Mawar Putih  Kita tidak asing lagi dengan kosakata ekonomi kreatif dan pelestarian budaya. Tingkatan pemerintah daerah mendorong program tersebut. Bagaimana tidak? Fasilitas berbagai agenda kebudayaan telah ada di Kota Blitar. Apalagi menjelang bulan pertengahan hingga akhir tahun, selalu disemarakkan dengan festival. Kali ini Zulfa Ilma Nuriana hadir bersama Ikla Harmoa dalam sarasehan stakeholder yang diselenggarakan oleh Disbudpar Kota Blitar. Mereka sebagai perwakilan Forum Lingkar Pena Blitar. Keseruan mengikuti agenda ini terwujud dalam sesi tanya jawab yang diawali dengan promosi company. Selain itu, usai agenda pun bisa berbincang dengan narasumber maupun yang lain. Agenda ini lebih hidup karena ada sesi belajar.  Sesi belajar atau umumnya dikatakan seminar ini bertajuk Strategi Industri Kreatif Lokal Menembus Pasar Global. Pematerinya ialah sepasang suami istri bernama Yogi Rosdianta dan Santika Mawar dari Batik Mawar Putih. Materi yan

Kereta Lagi, Kereta Terus

Pengambilan Foto di jalan Sultan Ahmed, Istanbul  Perjalanan pada Januari 2020 lalu begitu berkesan. Karena banyak hal yang dapat Zulfa eksplor di Türkiye, khususnya daerah Istanbul. Berbekal jiwa nekad dan ridho orang tua, Zulfa memberanikan diri untuk mengikuti agenda Konferensi Tingkat Tinggi. Bonusnya ia bisa extend 6 hari di Istanbul. Enaknya di kota ini kita kemana-mana dengan kereta. Ada kereta di jalan raya dan bawah tanah. Pemanfaatannya juga gampang yang penting punya saldo di Istanbul Card. Cukup padat transportasi umum dan pribadi. Karena selama di sini, Zulfa selalu menjumpai kendaraan. Tapi itu ada di jalan raya.  Jalan-jalan kecil hanya ada kendaraan pribadi. Bedanya budaya antri di Istanbul dan Blitar itu begitu kontras. Ketika Zulfa antri, ia hanya melihat sedikit tempat duduk untuk menunggu. Cukup kaget juga, ternyata lebih banyak antri berdiri dan tinggal masuk daripada duduk di kursi tunggu. Kala itu ia sempat berpikir, "Gercep amat orang-orang masuk ke kereta

Perburuan Tiket Konferensi di Türkiye

Zulfa Ilma Nuriana dalam Koran Jawa Pos tahun 2020 Tiket pesawat yang bikin jantung up and down . Belinya aja tiga hari sebelum tanggal keberangkatan. Hubungin banyak orang di tengah malam. Gak tahu gimana proses belinya. Jalan kepepet kulalui yakni beli pada agen tiket. Awalnya dapat tiket yang perlu transit. Tapi tiket tersebut terdahului oleh yang lain, aku pun dicarikan lagi. Syukur sekali aku justru dapat tiket yang pulang pergi tanpa transit dengan maskapai Turkish Airlines.  Perjalanannya pun juga tak singkat. Hampir 12 jam di dalam pesawat Turkish Airlines. Namun tak melelahkan karena fasilitasnya begitu baik. Kunikmati dengan mendengar murotal, lagu, mengamati langit, tidur, makan, ibadah, dan menonton film pada monitor atau TV kecil. Mau menyicil penelitian, tapi tak bisa karena melihat layar laptop bikin pusing. Sempat terjadi turbulence yang cukup lama. Alhamdulillah tidak begitu terasa guncangannya meski panik juga di awal.  Perjalanan menuju konferensi Istanbul Youth Sum