AKU
Kalau sampai waktuku
Kumau tak seorang kan merayu
Tidak juga kau
Tak perlu sedu sedan itu
Aku ini binatang jalang
Dari kumpulan terbuang
Biar perluru menembus kulitku
Aku tetap meradang menerjang
Luka dan bisa kubawa berlari
Berlari
Hingga hilang pedih peri
Dan aku akan lebih tidak perduli
Aku mau hidup seribu tahun lagi
Maret 1943
Perkenalanku dengan puisi sangatlah sederhana. Tepatnya di kelas X saya mendapat tugas untuk membacakan puisi di depan kelas. Puisi yang kubaca adalah karya sastrawan legendaris. Dua tanggal yang menunjukkan kematian dan kelahirannya pun diperingati sebagai Hari Puisi Nasional dan Hari Puisi Indonesia. Siapakah beliau?
Chairil Anwar telah mewarnai Indonesia dengan rangkaian kata-kata. Ia dijuluki Si Binatang Jalang. Seorang yang lahir di Medan dan meninggal di Jakarta menyisakan kenang. Penyair Indonesia lainnya pun memanfaatkan tanggal 28 April dan 26 Juli sebagai momentum kenang.
Puisi yang berjudul AKU telah kubacakan di depan kelas. Membacanya hati terasa meronta. Aliran darah pun deras memanas. Sejak inilah kumencoba mengenal lebih jauh puisi. Perkenalan yang tak sengaja menjadi awal perjalanan di dunia sastra.
Selamat Hari Puisi Indonesia!
Puisi ajang konsolidasi. Serta, penyuaran hati yang terisolasi pada kefanaan duniawi.
loading...
Komentar
Posting Komentar