Pengarang: Rahmat Sahid
Judul Buku: Ensiklopedia KeIslaman Bung Karno
Penerbit: Expose
Tahun terbit: 2018
Tebal halaman: 352
Judul Buku: Ensiklopedia KeIslaman Bung Karno
Penerbit: Expose
Tahun terbit: 2018
Tebal halaman: 352
Buku berjudul Ensiklopedia KeIslaman Bung Karno karya Rahmat Sahid ini terkemas dengan menarik. Rahmat Sahid berupaya memandang sosok Bung Karno dari sisi religiusitasnya. Penyajian bahasanya pun mudah dipahami. Pembaca seolah ditarik masuk ke dalam perjalanan Bung Karno mencari Tuhan.
Rahmat Sahid juga menampilkan berbagai lokasi yang pernah dikunjungi Bung Karno. Bung Karno mampu memberikan kesan membekas pada hati yang dikunjungi. Hingga berbagai bentuk kenangan dibuat masyarakat untuknya. Selain itu, dalam bukunya, Bung Karno yang ditampilkan adalah Bung Karno yang suka dengan masjid. Bukan hanya menamai tetapi juga membangun maupun merenovasi.
Namun sayangnya pandangannya sendiri terhadap religiusitas Bung Karno tak tampak. Pandangannya hanya sebagai pengantar setiap tulisan yang ia kutip. Sehingga, jiwa penulisnya seperti tidak masuk dalam bukunya. Apabila ia mampu memasukkan sebuah pengalamannya dalam riset religiusitas Bung Karno akan lebih berwarna.
Selain itu, sub topik juga kurang mendalam. Contohnya sub topik Sarekat Islam pada topik umumnya Bung Karno dan Ormas Islam. Ia hanya menelaah sedikit dari alur sejarah SI. Hal ini seperti pemotongan sejarah yang mana pembaca hanya tau cover buku tidak tahu isi buku sebenarnya. Istilah "mondok" di rumah H.O.S Tjokroaminoto menurut saya kurang tepat.
Karena pada sejarah, baik dari sisi Bung Karno maupun H.O.S Tjokroaminoto (Pak Tjokro), Bung Karno di rumah Pak Tjokro itu ngekos dan pemenuhan atas permintaan ayahnya. Bung Karno dikirimkan di rumah Pak Tjokro dengan tujuan tidak tumbuh dalam bumi Barat walaupun dirinya akan mendapat pendidikan Barat. Tujuan ini disampaikan oleh Ayahnya Bung Karno di Buku Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat Indonesia ditulis oleh Cindy Adams berbunyi
Rahmat Sahid juga menampilkan berbagai lokasi yang pernah dikunjungi Bung Karno. Bung Karno mampu memberikan kesan membekas pada hati yang dikunjungi. Hingga berbagai bentuk kenangan dibuat masyarakat untuknya. Selain itu, dalam bukunya, Bung Karno yang ditampilkan adalah Bung Karno yang suka dengan masjid. Bukan hanya menamai tetapi juga membangun maupun merenovasi.
Namun sayangnya pandangannya sendiri terhadap religiusitas Bung Karno tak tampak. Pandangannya hanya sebagai pengantar setiap tulisan yang ia kutip. Sehingga, jiwa penulisnya seperti tidak masuk dalam bukunya. Apabila ia mampu memasukkan sebuah pengalamannya dalam riset religiusitas Bung Karno akan lebih berwarna.
Selain itu, sub topik juga kurang mendalam. Contohnya sub topik Sarekat Islam pada topik umumnya Bung Karno dan Ormas Islam. Ia hanya menelaah sedikit dari alur sejarah SI. Hal ini seperti pemotongan sejarah yang mana pembaca hanya tau cover buku tidak tahu isi buku sebenarnya. Istilah "mondok" di rumah H.O.S Tjokroaminoto menurut saya kurang tepat.
Karena pada sejarah, baik dari sisi Bung Karno maupun H.O.S Tjokroaminoto (Pak Tjokro), Bung Karno di rumah Pak Tjokro itu ngekos dan pemenuhan atas permintaan ayahnya. Bung Karno dikirimkan di rumah Pak Tjokro dengan tujuan tidak tumbuh dalam bumi Barat walaupun dirinya akan mendapat pendidikan Barat. Tujuan ini disampaikan oleh Ayahnya Bung Karno di Buku Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat Indonesia ditulis oleh Cindy Adams berbunyi
"Cokro adalah pemimpin politik dari orang Jawa. Sekali pun kau akan mendapat pendidikan Belanda, aku tidak ingin engkau tumbuh dalam bumi Barat. Karena itu kau kukirim kepada Cokro, orang yang dijuluki oleh Belanda sebagai 'Raja Jawa yang bermahkota'. Aku ingin agar kau tidak melupakan, tugasmu adalah menjadi Karna kedua".
Walaupun begitu, upaya Rahmat Sahid untuk menelaah religiusitas Bung Karno patut diapresasi. Karena saya mendapat wawasan baru. Selain itu, para pembaca lainnya pun akan lebih memahami seberapa besar Bung Karno dalam memaknai Tuhan. Pemaknaan baik secara duniawi maupun qolbu.
loading...
Komentar
Posting Komentar