wonoilmu.blogspot.com – Dunia hanya menjadi pelipur lara yang semu. Sering aku bertanya-tanya. Dimana letak ketulusan? Akankah kehidupan hanya mencari sebuah kesuksesan dan kebahagiaan?
Tiap malam yang hening, pikiran terus menyelami kegelapan. Debat dalam hati tak henti-henti. Air mata pun membanjiri. Apa arti Dunia? Dimana-mana hanyalah hal yang fana. Apa tujuan mereka?
Diam adalah jurus utama ketika orang-orang mulai mengoyak kesabaran. Walau diam, tapi batin terus bergelut. Apa guna kau bertutur kata? Jika tak ada yang tau maksud perkataanmu. Jangan kau bakar diri dengan kesemuan duniawi.
Lagi dan lagi aku bertanya pada diri. Untuk apa ada kehidupan? Jika tak ada yang menginginkan kehadiranmu. Rasa sakit terus menyerang diri. Tak tau, sakit ragawi atau batiniah. Tak ingin pula gegabah. Karena lelah, hanya terucap, "bismikallah humma ahya wabismika amud". Doa sebelum tidur yang memiliki arti Ya Allah dengan menyebut nama-Mu aku hidup dan dengan menyebut nama-Mu aku mati.
Fajar pun menyingsing. Langkahku menuju kamar sekaligus ruang berpikir. Mata tertuju pada lembaran kertas kultum (kuliah tujuh menit) yang tersempit di antara buku tulis SMP. Kertas itu berisi tentang "Orang yang Pandai".
Orang yang pandai adalah orang yang bermuhasabah dan beramal untuk kehidupan sesudah kematian.
Muhasabah adalah tindakan evaluasi diri yang bertujuan mendapat perubahan setelahnya. Tentunya perubahan yang lebih baik daripada sebelumnya.
Akankah aku sia-siakan hidup ini? Mati bukan solusi. Di sana ada kehidupan yang haqiqi. Kehidupan fana inilah yang menjadi ladang beramal untuk mempersiapkan kehidupan yang haqiqi.[]
Komentar
Posting Komentar