Sebuah perjalanan untuk memenuhi amanah dari orang tuaku. Sebelum tuntas, aku pantang pulang. Suasana Hari Raya Idul Fitri masih menyelimuti. Meski ada penyekatan, tak menyurutkan ajang silaturahmi. Pintu rumah warga banyak yang terbuka. Jalanan cukup sesak. Tapi, warung, toko alat tulis, toko kelontong masih banyak yang tutup. Aku pun ragu dengan perjalananku.
Sedangkan barang yang ditanganku menanti untuk segera digandakan. Barang yang akan difotokopi ini harus aku tuntaskan pada 16 Mei 2021. Karena tanggal 17 Mei 2021 sudah digunakan orang tuaku untuk bekerja. Aku pun segera menuju ke tempat fotokopi dekat rumah. Sayangnya masih belum buka juga. Tak berhenti di satu dua toko. Aku mencari di daerah lain. Lagi-lagi hanya menemui tulisan yang berisi kalimat "Mohon Maaf Libur Hari Raya Idul Fitri 1442H, Buka Tanggal 18 Mei 2021".
Tak habis akal! Aku pun mencari tempat jasa print. Pikirku, "kertas ini dapat discan kemudian diprint". Aku bertolak dari jalan sebelumnya. Ternyata masih tutup juga. Tapi aku belum mendatangai satu tempat yang pernah aku datangi di kala yang lain tutup yakni di dekat Balai Desa Wungu.
Perjalanan yang panjang pun terhenti di tempat ini. Tempat ini melayani servis laptop, komputer, dan lain-lain. Selain itu, di sini juga melayani printing. Aku tak ingin membuang waktu. Segera helmku yang masih nyaman di kepala aku lepas. Walau tampak sepi, aku mencoba untuk memanggil para penunggu tempatnya.
"Mbak... Mas...," tak lama aku memanggil, penunggunya langsung keluar. Aku segera bertanya kepadanya.
"Pak bisa ngescan dan print kertas ini?" tanyaku sambil menyodorkan kertas amanah tadi.
"Bisa mbak," sahut Bapaknya.
Selagi Bapaknya mengotak-atik komputer untuk ngeprint, aku dari kejauhan mengamati. Karena tingkat keingintahuanku yang tinggi, tidak bisa dibendung. Soalnya dengan melihat proses Bapaknya, bisa saja aku terapkan ketika suatu saat nanti dibutuhkan.
Berbagai judul lagu Ari Laso yang diputar sangat mendukung suasana sore. Tapi, tak lama menikmati lagunya, Bapaknya mematikan lagu tersebut. Kemudian bertanya kepadaku.
"Masih kuliah?"
"Iya," jawabku singkat.
"Kuliah dimana?" Tanyanya lagi.
"IAIN Taari," dengan datar aku menjawabnya.
"Saya punya pelanggan dari kampus ini juga," jelasnya.
Bapaknya kembali fokus dengan printernya. Sedangkan aku sibuk dengan mengamati jam dinding. Aku sedikit tersontak. Karena Bapaknya bertanya lagi.
"Kamu jurusan apa?"
"Psikologi Islam"
"Ada ya?" tanyanya dengan ragu.
"Iya ada, Pak"
"Saya itu juga suka dengan psikologi. Tapi, untuk ambil studi lagi sudah terlalu nyaman pada kondisi saat ini. Kalau kamu ingin lebih mendalami psikologi, coba baca Personality Plus," jelasnya dengan mengambil dan menata kertas yang sudah diprint.
"Iya Pak, semuanya ini jadi berapa Pak?" tanyaku singkat karena sudah semakin sore.
"Semuanya itu Rp 5.000,-. Banyak-banyak baca buku ya, mumpung kamu masih muda," jawabnya dengan tambahan nasehat yang singkat.
"Siap Pak, terima kasih banyak," jawabku dengan terburu-buru.
Senja di langit barat semakin memerah. Jalanan pun cukup lengang. Cuaca pun tak sepanas siang tadi ketika memburu tempat fotokopi. Semilir angin cukup menenangkan diri yang tegang karena takut tak bisa menggandakan kertas yang diamanahkan.
loading...
Komentar
Posting Komentar