Malam tarawih yang berbeda dari malam-malam sebelumnya. Sebuah tulisan terus membayangiku. Tulisan itu berisi tentang kerugian bagi orang yang membiarkan kaumnya berada dalam kesalahan. Maksudnya, ketika kita tahu bahwa yang dilakukan orang itu salah, kita malah membiarkan dan tidak menegurnya.
Memasuki 10 malam terakhir tarawih ada salah satu kejadian yang dapat aku bagi dengan kalian. Pada waktu itu, aku berada di shaf terakhir jamaah sholat tarawih. Seusai dua rokaat sholat tarawih, terdapat makmum yang baru datang. Tapi, beliau tidak mengisi shaf di samping kiriku. Beliau berada di belakang shaf yang kosong di samping kiriku.
Karena aku merasa belum tepat untuk menyuruh beliau mengisi di shaf yang kosong, aku pun berdoa kepada Allah Swt supaya ada orang yang tepat memberitahu hal itu kepadanya. Tak lama kemudian, Guru Ngajiku yang berada di shaf depan meninggalkan shalat tarawih. Tampaknya mau ke kamar mandi. Do'a tetap kulanjutkan di sela-sela memulai rakaat tarawih, supaya Guru Ngajiku yang menyampaikan maksudku di awal tadi.
Guru Ngajiku tiba-tiba sudah berada di samping kiriku. Sebelum mengisi shaf yang kosong, Bu Guru sudah mengajak orang yang berada di belakang shafku tadi. Nyatanya, beliau tetap bersikukuh pada posisinya. Sehingga, shaf yang kosong diisi oleh Bu Guru. Setelahnya, Bu Guru mengisi shaf depannya yang kosong. Aku kembali merasa gelisah.
Aku pun memberanikan diri untuk memberitahu orang itu. Ternyata jawabannya, orang itu menjaga anaknya. Kondisi anaknya sedang berada di Masjid tapi tidak di dekatnya. Do'a dan usaha sudah dicoba. Kegelisahan semakin menjadi. Tak lama kemudian orang itu meninggalkan sholat tarawih. Sehingga tidak ada shaf yang sengaja dikosongkan. Syukur alhamdulillah, ujian yang terjadi di malam itu terlewati.
loading...
Komentar
Posting Komentar