Reuni sejatinya pertemuan kembali setelah lama tidak bertemu untuk memperkuat silaturahmi. Namun, sering kali reuni dijadikan momentum menyombongkan diri atas pencapaiannya. Tindakan seperti inilah yang dapat memunculkan kesalahpahaman dalam memaknai reuni. Dampaknya pun tak hanya satu atau dua saja.
Ketika diri sudah tertanam kalau reuni sebagai ajang menonjolkan pencapaian, maka silaturahmi tidak akan terjalin kuat. Kalaupun menambah silaturahmi pasti ujung-ujungnya cari untung duniawi. Apapun pencapaian kita ya itu sekedar titipan. Apa sih yang patut dibanggakan pada diri kita?
Tangan, kaki, mulut, dan organ tubuh lainnya itu sebagai ladang berbuat baik. Tapi, orang sering terlena dengan pernak-pernik dunia. Ok saja jika menunjukkan pencapaian, tapi untuk memotivasi rekan yang lain. Bukan malah saling menjatuhkan.
Reuni itu sederhana. Tapi, yang membuat berat dan ribet itu diri kita sendiri. Takut akan hal yang belum tentu terjadi. Ragu dengan diri sendiri.
Datang ke reuni nggak ya? Pacar belum punya, apalagi istri. Temen yang ditemui juga gak ada. Motorku biasa aja. Kerjaan cuma ke sana ke mari. Apa yang mau dibanggakan?
Kalau masih ada pikiran kayak gitu, hapus aja deh. Jadilah dirimu sendiri. Jangan menuntut diri untuk memenuhi penilaian orang lain. Selagi kita masih dapat berbagi, itu sangatlah cukup. Tak perlu bingung dalam berbagi. Karena berbagi itu tidak mahal. Ya seperti halnya berbagi ilmu.
Jika masih ada kecewa dengan teman lama, coba deh inget-inget perbuatan baiknya. Kalau terus mengorek keburukannya, pasti seseringnya dia berbuat baik tak akan tampak. Nikmati reuni untuk memperkuat silaturahmi. Masih memelihara dendam? Buang ajalah, bisa bikin penyakit!
loading...
Komentar
Posting Komentar