Langsung ke konten utama

Silaturahmi bertajuk Hobi

 

Silaturahmi siang tadi berisi berbagai topik dan pesan untuk umat. Tetapi, aku akan membagi beberapa darinya. Topik ini tidak jauh dari kehidupan kita. Malah sering kali kita anggap sebagai bakat padahal itu dua hal yang berbeda.

Salah satu topiknya yakni hobi. Hobi menurut KBBI berarti kegemaran; kesenangan istimewa pada waktu senggang, bukan pekerjaan utama. Sedangkan bakat adalah kemampuan bawaan yang meski tidak diasah akan tetap melekat pada diri seseorang. Nah, dari sini saja sudah tampakkan perbedaannya.

Sangat penting untuk memahami perbedaan dari kedua hal itu. Karena dampak yang akan ditimbulkan pun berbeda. Seringkali kita terjebak dengan hobi. Padahal hobi ini tidak akan terus sama sedari kecil hingga dewasa. Jikapun sama, pasti ada kegiatan mengasah hobi yang dimiliki.

Sebuah kekeliruan dalam memahami ini pernah aku lalui. Dampaknya pun sangat besar. Kukira kegiatan yang sudah lama kulalui adalah bakat, ternyata hobi. Jadi, ketika yang kuanggap bakat itu dipatahkan, aku merasa kehilangan banyak hal. Tidak ada hal lain yang dapat aku lakukan. 

Hilang semangat belajar yang sebelumnya sudah kurancang matang. Kontrol diri tidak terjadi. Hanya diam dan menangis dalam keheningan. Terkadang juga melukai diri sendiri.  Serta, bertanya-tanya tanpa suatu jawaban. Walau dalam waktu yang singkat, itu sangat menyiksa diriku.

Perlahan-lahan aku mulai menyadari. Basket bukanlah bakatku, melainkan kegiatan untuk menyenangkan diri dan meluapkan emosi negatif. Walau banyak kegiatan yang berantakan karena kekeliruan pemahaman, aku masih dapat mengarahkan ke tindakan positif. Seperti halnya mengikuti lomba menulis dan beberapa kegiatan yang dapat mengembangkan kreatifitas.

Hobi boleh saja ditekuni. Tapi, jangan berlebih dalam menyukainya. Karena belum tentu apa yang kita sukai akan berdampak baik. Begitu pula apa yang tidak kita sukai belum tentu buruk. Jangan sampai mengorbankan kewajiban hanya untuk hobi. Karena sejatinya hobi adalah tindakan yang memunculkan kesenangan pada diri dan dapat berubah-ubah setiap saat.
loading...

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ekonomi Kreatif, Lestarikan Budaya

Disbudpar Kota Blitar, Stakeholder, Batik Mawar Putih  Kita tidak asing lagi dengan kosakata ekonomi kreatif dan pelestarian budaya. Tingkatan pemerintah daerah mendorong program tersebut. Bagaimana tidak? Fasilitas berbagai agenda kebudayaan telah ada di Kota Blitar. Apalagi menjelang bulan pertengahan hingga akhir tahun, selalu disemarakkan dengan festival. Kali ini Zulfa Ilma Nuriana hadir bersama Ikla Harmoa dalam sarasehan stakeholder yang diselenggarakan oleh Disbudpar Kota Blitar. Mereka sebagai perwakilan Forum Lingkar Pena Blitar. Keseruan mengikuti agenda ini terwujud dalam sesi tanya jawab yang diawali dengan promosi company. Selain itu, usai agenda pun bisa berbincang dengan narasumber maupun yang lain. Agenda ini lebih hidup karena ada sesi belajar.  Sesi belajar atau umumnya dikatakan seminar ini bertajuk Strategi Industri Kreatif Lokal Menembus Pasar Global. Pematerinya ialah sepasang suami istri bernama Yogi Rosdianta dan Santika Mawar dari Batik Mawar Putih. Materi yan

Kereta Lagi, Kereta Terus

Pengambilan Foto di jalan Sultan Ahmed, Istanbul  Perjalanan pada Januari 2020 lalu begitu berkesan. Karena banyak hal yang dapat Zulfa eksplor di Türkiye, khususnya daerah Istanbul. Berbekal jiwa nekad dan ridho orang tua, Zulfa memberanikan diri untuk mengikuti agenda Konferensi Tingkat Tinggi. Bonusnya ia bisa extend 6 hari di Istanbul. Enaknya di kota ini kita kemana-mana dengan kereta. Ada kereta di jalan raya dan bawah tanah. Pemanfaatannya juga gampang yang penting punya saldo di Istanbul Card. Cukup padat transportasi umum dan pribadi. Karena selama di sini, Zulfa selalu menjumpai kendaraan. Tapi itu ada di jalan raya.  Jalan-jalan kecil hanya ada kendaraan pribadi. Bedanya budaya antri di Istanbul dan Blitar itu begitu kontras. Ketika Zulfa antri, ia hanya melihat sedikit tempat duduk untuk menunggu. Cukup kaget juga, ternyata lebih banyak antri berdiri dan tinggal masuk daripada duduk di kursi tunggu. Kala itu ia sempat berpikir, "Gercep amat orang-orang masuk ke kereta

Perburuan Tiket Konferensi di Türkiye

Zulfa Ilma Nuriana dalam Koran Jawa Pos tahun 2020 Tiket pesawat yang bikin jantung up and down . Belinya aja tiga hari sebelum tanggal keberangkatan. Hubungin banyak orang di tengah malam. Gak tahu gimana proses belinya. Jalan kepepet kulalui yakni beli pada agen tiket. Awalnya dapat tiket yang perlu transit. Tapi tiket tersebut terdahului oleh yang lain, aku pun dicarikan lagi. Syukur sekali aku justru dapat tiket yang pulang pergi tanpa transit dengan maskapai Turkish Airlines.  Perjalanannya pun juga tak singkat. Hampir 12 jam di dalam pesawat Turkish Airlines. Namun tak melelahkan karena fasilitasnya begitu baik. Kunikmati dengan mendengar murotal, lagu, mengamati langit, tidur, makan, ibadah, dan menonton film pada monitor atau TV kecil. Mau menyicil penelitian, tapi tak bisa karena melihat layar laptop bikin pusing. Sempat terjadi turbulence yang cukup lama. Alhamdulillah tidak begitu terasa guncangannya meski panik juga di awal.  Perjalanan menuju konferensi Istanbul Youth Sum