Langsung ke konten utama

Postingan

Ulasan Buku Republik Jalan Ketiga

Pengarang: Soesilo Toer Judul Buku: Republik Jalan Ketiga "Rangkuman Terjemahan Bebas Disertasi tentang Kritik Marxisme-Leninisme & Kapitalisme" Penerbit: Pataba Press Terbit: 2017 Tebal halaman: 96 halaman Buku berjudul Republik Jalan Ketiga "Rangkuman Terjemahan Bebas Disertasi tentang Kritik Marxisme-Leninisme & Kapitalisme" karya Soesilo Toer ini menawarkan sebuah alternatif bagi negara Indonesia dalam mewujudkan Indonesia Emas melalui kearifan lokal. Penyampaian yang begitu menarik membuat saya tidak bosan untuk membacanya. Muatan isi yang ilmiah pun tak hilang walau menggunakan bahasa ringan. Soesilo Toer seperti bercerita dalam kemelutnya perkuliahan di Uni Soviet dan kepulangannya di era 65-an. Ia berupaya mencoba mengkritik marxisme-leninisme karena ada anggapan bahwa sepandai-pandainya Mahasiswa di Uni Soviet kalau tidak percaya pada marxisme-leninisme tidak bakal lulus. Mengkritik adalah hal yang meragukan. Hal ini berdampak pada diserta

Menjemput Bola

Bola diperebutkan oleh banyak pemain. Pemain pun rela untuk terjatuh demi mendapatkan sebuah poin. Pertandingan semakin memanas di kala poin telah sama antar tim. Pada posisi ini kecurangan pun kerap terjadi. Namun, tak menutup kemungkinan yang dicurangilah pemenangnya. Seperti halnya sebuah kehidupan dalam mencapai tujuan. Harus kita jemput bukan dinanti. Pelan saja namun pasti. Jangan hanya berburu pada kenikmatan duniawi. Hingga lupa dengan Sang Ilahi. Bertahanlah jika saat bermain Anda dijegal. Hidup memang tak terus mulus tetapi terjal. Atur emosi dan tata strategi. Perlahan tujuan akan tercapai. Hindari kontra pikir dan rasa supaya kesatuan mampu memberi perubahan. loading...

Tirai Puisi

  AKU Kalau sampai waktuku Kumau tak seorang kan merayu Tidak juga kau Tak perlu sedu sedan itu Aku ini binatang jalang Dari kumpulan terbuang Biar perluru menembus kulitku Aku tetap meradang menerjang Luka dan bisa kubawa berlari Berlari Hingga hilang pedih peri Dan aku akan lebih tidak perduli Aku mau hidup seribu tahun lagi Maret 1943 Perkenalanku dengan puisi sangatlah sederhana. Tepatnya di kelas X saya mendapat tugas untuk membacakan puisi di depan kelas. Puisi yang kubaca adalah karya sastrawan legendaris. Dua tanggal yang menunjukkan kematian dan kelahirannya pun diperingati sebagai Hari Puisi Nasional dan Hari Puisi Indonesia. Siapakah beliau? Chairil Anwar telah mewarnai Indonesia dengan rangkaian kata-kata. Ia dijuluki Si Binatang Jalang. Seorang yang lahir di Medan dan meninggal di Jakarta menyisakan kenang. Penyair Indonesia lainnya pun memanfaatkan tanggal 28 April dan 26 Juli sebagai momentum kenang. Puisi yang berjudul AKU telah kubacakan di dep

Novel: Sajadah Nur

Bab 1: Mentari Di kelas pojok, Nur mengamati cerahnya langit pagi dan Mentari yang mengintai. Jauh di lapangan luar sekolah Nur, tampak para pemuda sibuk menata busur panjangnya. Tak lama dari kesibukannya menyapa alam, Nur mulai menyibukkan diri dengan menajamkan mata pada satu pemuda. Pemuda itu adalah kakak tingkatnya yang berjarak lima tahun dengannya. Ia yang memberi semangat kepada Nur ketika mengalami kegagalan. Nur sendiri berharap memiliki sosok kakak kandung laki-laki yang sangat menyayangi. Tetapi, hal itu tak mungkin terjadi. Karena dirinya adalah anak pertama di keluarganya. "Setidaknya aku menemukan kakak laki-laki seperti Mas Ucup. Walaupun bukan kakak kandung, dia sudah menjadi bagian dari perjuanganku baru-baru ini. Andai saja aku tak membaca Majalah Sekolah, pasti pertemuanku dengan Mas Ucup tak akan terjadi," ujarnya di pagi buta. "Hei. Sibuk apa kau Nur? Pagi-pagi gini melamun tak jelas," sapa temannya sambil menepuk pundaknya. "Dasar k

Nasihat di Balik Bintang

Masa kecil yang masih tetap melekat kuat. Bapak selalu menggendongku di setiap malam. Perlihatkan bintang-bintang yang gemerlapan dan sholawat terus dipanjatkan. Didekapnya aku merasa terlindungi. Seolah tak ada yang mengusik diri. Malam pun menyiratkan pesan. Pada sebuah masa yang penuh tuntutan. Di setiap keberhasilan tak kan luput dari ridho orang tua. Didikannya yang mampu menempa diri menjadi besi yang tertata rapi. Apabila besi yang masih panas tak ditempa dengan terpola maka ia akan dingin tanpa makna. Begitu pula anak manusia. Buah jatuh tak jauh dari pohonnya. Pasti kalian tak asing lagi dengan pepatah itu. Namun, apakah salah jika anak lebih baik dari kehidupan orang tuanya? Berbagai upaya telah orang tua lakukan untuk anaknya. Supaya kesulitan yang pernah dialaminya tidak terulang kembali ke keturunannya. Sepatutnya anak harus memahami orang tua yang telah berkeja keras baik pagi hingga senja. Tak mengenal teriknya matahari karena pergi gelap pulang pun gelap. Aku buka

Terjeda di Balik Tenda

Nalar naluri terbakar Hati getar, raga terkapar Jiwa pun nanar Teriak menyisakan isak Beras tak termasak Air tak mengalir Deras deru jantung bumi terjungkir Hidup rakyat kian getir Tapi, tak menyingkap hati pemuka negeri Terjeda di balik tenda Tak menyangka Indonesia telah beda Merdeka untuk siapa? Blitar, 23 Juli 2020 loading...

5 Tempat di Turki yang Harus Dikunjungi!

Republik Turki merupakan sebuah negara besar di kawasan Eurasia . Laut Marmara yang terletak di Turki menjadi batas wilayah Eropa dan Asia, sehingga Turki disebut dengan negara transkontinental. Ibukotanya berada di Ankara. Kalian berencana pergi ke Turki?  5 tempat ini harus kalian kunjungi. Karena memiliki sejarah, keunikan, dan pesan tersendiri dibandingkan tempat lainnya.  1. Hagia Shopia Hagia Shopia terletak di wilayah Sultanahmed, Istanbul . Arsitektur Bizantium pada Aya Sofya mengilhami banyak masjid Utsmani, seperti Masjid Biru, Masjid Şehzade (Masjid Pangeran), Masjid Süleymaniye, Masjid Rüstem Pasha, dan Masjid Kılıç Ali Pasha. Warna merah muda berpadu dengan senja menambah keindahannya. Hagia Shopia merupakan katedral Ortodoks. Namun, pada 1453 M, Konstantinopel ditaklukkan oleh Utsmani di bawah kepemimpinan Sultan Mehmed II, yang kemudian memerintahkan pengubahan gereja utama Kristen Ortodoks ini menjadi masjid. Berbagai lambang Kristen seperti mosaik yang menggambark