Langsung ke konten utama

Postingan

Kultum: Kuliah Tujuh Menit

  wonoilmu.blogspot.com – Kuliah tujuh menit yang sering kali lebih dari tujuh menit. Bosan? Kalau aku tidak. Kerap kali kesal jika speaker di ruang kelas yang terdengar sangat lirih. Tak berlarut dalam kekesalan. Aku pun berlari menuju lobi sekolah. Banyak siswa lain pula yang sudah duduk-duduk di lobi. Tak heran, memang ada beberapa kelas yang speakernya bervolume kecil. Sehingga kita harus mencari speaker yang cukup terdengar. Tak hanya lobi menjadi sasaran tetapi juga depan aula sekolah maupun jalan dekat green house. Aku lebih nyaman di sini daripada lobi. Karena lebih sejuk dan tak banyak siswa. Walaupun siswa yang lain tak berbicara, aku lebih nyaman dengan sedikit orang disekitarku. Aku dan siswa lainnya pun segera menulis kata demi kata yang dituturkan Bapak/Ibu Guru pengisi kultum. Jika terlalu cepat, aku hanya mendengarkan dan mengambil inti sari yang dituturkan beliau. Ya, meskipun hasilnya sedikit tak lebih dari satu halaman buku tulis sidu. Kegiatan kultum ini sa

Apa arti Dunia?

  wonoilmu.blogspot.com – Dunia hanya menjadi pelipur lara yang semu. Sering aku bertanya-tanya. Dimana letak ketulusan? Akankah kehidupan hanya mencari sebuah kesuksesan dan kebahagiaan? Tiap malam yang hening, pikiran terus menyelami kegelapan. Debat dalam hati tak henti-henti. Air mata pun membanjiri. Apa arti Dunia? Dimana-mana hanyalah hal yang fana. Apa tujuan mereka? Diam adalah jurus utama ketika orang-orang mulai mengoyak kesabaran. Walau diam, tapi batin terus bergelut. Apa guna kau bertutur kata? Jika tak ada yang tau maksud perkataanmu. Jangan kau bakar diri dengan kesemuan duniawi. Lagi dan lagi aku bertanya pada diri. Untuk apa ada kehidupan? Jika tak ada yang menginginkan kehadiranmu. Rasa sakit terus menyerang diri. Tak tau, sakit ragawi atau batiniah. Tak ingin pula gegabah. Karena lelah, hanya terucap, "bismikallah humma ahya wabismika amud". Doa sebelum tidur yang memiliki arti Ya Allah dengan menyebut nama-Mu aku hidup dan dengan menyebut nama-Mu ak

Belajar dan Mengajar Itu Harus Tlaten

  wonoilmu.blogspot.com – Tahun ajaran baru 2020/2021 membawa harapan baru. Kegiatan belajar yang masih secara daring ini sudah berlangsung sejak Senin, (11/1/ 2021). Walau belum ada kepastian untuk pembelajaran tatap muka, siswa-siswi tetap semangat dalam belajar. Mahasiswa asal IAIN Tulungagung ini memanfaatkan waktunya untuk mengajar di rumah warga Desa Wonorejo, Srengat, Kabupaten  Blitar. Zulfa berupaya untuk meraih hati anak-anak Sekolah Dasar yang terdiri dari kelas 1, 5, dan 6. Hal ini dilakukannya supaya proses pembelajaran di rumah dapat berlangsung lancar dan nyaman. Protokol kesehatan pun tetap diterapkannya. Ketika pembelajaran sedang berlangsung di malam hari, Ibu dari anak yang diajar Zulfa pun bertanya tentang perkembangan sekolah dan corona. "Kapan ya Mbak anak saya bisa sekolah lagi? Kapan Corona ini bisa selesai?" tanya seorang Ibu rumah tangga. "Belum tau Mbak. Tapi, tetap tlaten saja untuk mengajari anak," jawab Zulfa yang sedang mengaj

Singkat penuh Isyarat

  Tak butuh waktu lama Semua menjadi gelap Mereka yang tidur terlelap langsung tersingkap Ragu dan jemu dengan negaramu? Ingat! Jihat untuk kemerdakaan telah digaungkan Perjuangan tak berhenti pada masa penjajahan Kala itu, Penuh tangis, darah, dan amarah Semua pun pasrah Pontang-panting dan gegabah Tak pedulikan rasa kemanusiaan Hanya jalankan perintah dari pemegang kekuasaan Waktu singkat yang gelap Gagap! Gagap! Gagap! Hati telah membatu Keadilan telah membisu Rakyat sendiri menjadi babu! Jika sejarah terus dibiaskan Bagaimana generasi bangsa Indonesia? Akankah kita harus diam? Terus terbungkam akan tipu muslihat Moral telah terjajah Budaya terkikis dan tak berarah Jangan biarkan ini terus menghantui negeri Kecil memang tapi menggamangkan Bersatu untuk kemerdekaan Kemerdakaan yang manusiawi bukan fiksi Pelan namun pasti Keadilan harus bersemi kembali di Bumi Pertiwi Blitar, 30 September 2020 loading...

Pergi Untuk Kembali

Ulasan Buku Rantau 1 Muara Pengarang: Ahmad Fuadi Judul Buku: Rantau 1 Muara Penerbit: Gramedia Tahun terbit: 2013 Tebal halaman: 401 Rantau 1 Muara merupakan judul salah satu buku karya Ahmad Fuadi. Buku ini mampu menghipnotisku dengan cerita-cerita juang seorang pemuda. Perjalanannya dari desa menuju kota, kota hingga mancanegara. Tak kenal letih, tak kenal putus asa. Man jadda wajada yang bersemayam dalam dirinya. Ia merajut asa pun cinta sejatinya. Alif lulusan Pondok Madani bertarung melawan kejamnya Jakarta. Surat lamaran kerja ia tebarkan hingga kemana-mana setelah ia lulus kuliah. Satu yang mampu merayu hatinya kantor Majalah 'Derap'. Sebuah media yang konon ditakuti para petinggi negeri. Tak memburu berita pasaran tetapi mengungkap kebenaran dan keadilan. Di kantor ini pula Alif mendapat gelar Doktor. Tak sendiri tetapi ditemani oleh rekannya Pasus. Pasus menyandang Doktor pertama. Sedangkan Alif menyandang Doktor kedua. Mereka berkawan tak pandang perbedaa

Rantai Kata

Pengerdilan sebuah gegayuhan Tak bisa lagi dielakkan Katanya untuk kepemudaan Tapi nyatanya manipulasi peradaban Tipu muslihat tak bermartabat Si pendebat menjadi hebat Si pengikut tetaplah kecut Bangsa semakin carut marut Si pemakan beras bulog tak mau diam Melihat bangsa semakin kelam Melihat budaya semakin tenggelam Katanya Merdeka? Gegayuhan pun terus dikerat Tak boleh menjulang hebat Namun, si pemakan beras bulog tak kurang siasat Mengobarkan semangat tuk wujudkan tekad Dalam dirinya arus deras darah hanya untuk negeri Tak peduli caci maki Terus mendompleng seni tuk kuatkan jati diri Jati diri pemudi bumi pertiwi Hingga bukan hanya suara semu yang tak bermutu Tapi wujud nyata budaya yang menjelma Menjelma menjadi penggerak warga nusantara Tuk jadikan negara Merdeka Karena budaya sejatinya kebiasaan warga Cermin dari tata krama Serta terus melekat tanpa diikat Maka jangan terlena pada budaya barat Kini si pemakan beras bulog tak lagi penat walau

Pancasila dalam Dunia Pendidikan

Pancasila merupakan dasar falsafah  Negara Republik Indonesia sebagaimana tercantum dalam pembukaan UUD 1945. Pancasila juga sebagai alat pemersatu bangsa. Pembentuk atau pencipta Pancasila bukan Bung Karno. Bung Karno hanya salah seorang penggali dari nilai-nilai Pancasila.  Kehidupan bangsa Indonesia sangat memerlukan implementasi nyata dari nilai-nilai luhur yang terkandung dalam Pancasila. Nilai tersebut mencerminkan kepribadian asli masyarakat Indonesia. Nilai yang dimaksud seperti norma dan etika. Kesatuan yang utuh dan bulat terangkum dalam Pancasila. Apabila nilai-nilainya diterapkan akan membentuk pola sikap, pikir, dan tindakan yang baik serta memberikan arah kepada masyarakat Indonesia. Namun, posisi Pancasila saat ini seolah berada diambang kebingungan. Penafsiran-penafsiran baru di masa ini bukan menguatkan melainkan melemahkan. Aktualisasi nilai-nilai Pancasila sendiri yang semakin luntur akan mendorong kemrosotan moral bangsa. Padahal Pancasila sebagai filter dalam hidup