Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Mei, 2020

Sastra dibalik Alam

Seorang yang suka dengan perubahan. Tetapi tak ingin meninggalkan diri dalam keramaian. Larik-larik sajak tertuang dengan penuh kisah. Alam membungkus semua yang rekayasa menjadi nyata. Sastra yang ditemuinya bukan sekedar kata. Tetapi sastra yang bersuara. Tak lihai dan tak begitu pandai dalam merangkai kata. Perjalanan yang sering dilalui dengan penuh keegoisan. Dekati alam menjauhi keramaian. Itu hal yang paling ia sukai. Keterasingan menurutnya berada dalam keramaian yang penuh kemunafikan. Kejujuran ia dapatkan di alam. Perjalanan mencapai puncak harus dilaluinya dengan beradu di jalan. Jalan-jalan yang cukup terjal segan untuk mempercepat kematian motor. Ya, mesin yang sudah berbau dan ditambah dengan knalpot yang panas. Namun, di setiap jalan rasa lelah tak begitu menjalar. Karena kanan kiri tanaman meramu kesejukan. Gelak tawa bersama kedua orang tua menambah kebahagiaan. Rasa syukur terus terucap di setiap jalan terjal. Tak jarang harus turun dari motor karena jalanan tidak be

Kacamata Kehidupan di Indonesia

Pandemi Covid-19 seakan mengubah mindset pribadi. Dulu, lama di dalam rumah lalu keluar memiliki nuansa sama. Namun, untuk saat ini beda. Ada berbagai pertanyaan yang terkumpul pada benakku. Pos-pos kampling yang dulunya reot sekarang berfungsi kembali. Penjagaan di setiap lingkungan RT/RW begitu ketat. Di desaku yang mulanya tidak ada palang pintu di perbatasan, sekarang menjadi ada. Palang pintu sederhana dari pring petuk (bambu besar) yang di cat merah putih. Ramadan yang hampir usai menyiratkan segala pesan. Bingung antara mau memberikan senyuman atau tangisan. Rasa syukur masih lebih mendominasi. Lingkungan yang tampak asri membuat diri semakin terwarnai. Masih bisa menyambut pagi dengan cuitan burung-burung yang terbang ke sana ke mari. Di setiap pagi, kudapati kesejukan jasmani dan rohani. Namun, di sebuah perjalanan mengantar sembako, mataku terus tertuju kepada mereka yang tak mentaati. Ya, berlalu-lalang tanpa menggunakan masker. Pasti sulit bagi manusia untuk tidak be

Titik Balik Sebuah Mimpi

Kesulitan dan cobaan akan membawa kita pada banyak kejutan-kejutan yang tak terduga jika kita ikhlas, penuh kesabaran, terus berikhtiar dan tak pernah mengeluh dalam menjalaninya. -Panji Ramdana   Buku yang telah membersamaiku selama masa gelap itu. Jika waktu diulur mundur banyak berbagai pergolatan hati menguasai diri. Terkadang sulit untuk mengontrolnya. Tetapi ada satu hal yang sederhana dan mampu meluruhkan segala emosi jiwa. Sebuah bola menjadi awal dari semua. Ketika kumulai suka hingga terluka cukup lama. Di masa kecil suka dengan bola yang dimainkan oleh sepupu. Ada tambahan bumbu merasuk pada kalbu. Bola yang lebih besar kutemui.  Ring yang tinggi memberi kesan tersendiri. Lapangan, bola, ring yang semua milik anak bos. Selagi saya sebagai anak buruh, ya malu ingin meminjam bola itu. Cukup kupandangi dan berharap suatu hari nanti bisa memainkannya. Dunia berputar begitu cepat. Aku pun masuk SMPN 1 Srengat. Tatapanku tertuju pada sebuah lapangan yang terletak dekat pintu gerba

Turbe of Sultan Ahmed Khan

Singkat waktu di wilayah Sultanahmed tercatat pada angan penulis. Sebuah kesempatan yang entah bisa terulang ataupun tidak. Penulis berusaha untuk membingkai beberapa catatan kecil yang diperoleh ketika menyusuri negeri Dua Benua. Salah satunya dengan berziarah ke makam keluarga Sultan Ahmed Khan. Di sini penulis merasakan hal yang beda. Mulai masuk ke makam hingga ke luar. Adapun sejarah yang teringkas sebagai berikut; The 14th Ottoman Sultan, Sultan Ahmed I, was the son of Sultan Mehmed III, and Handan Sultan. Sultan Ahmed I, the first Ottoman sultan who ascended the throne without going to starboard, changed the Ottoman succession system and brought the Akbar and ErÅŸed system. He also wrote poems under the pseudonym "Bahti". The turbe in Sultanahmet Islamic-Ottoman Complex had been started to be built after his death and was completed in 1619 by Sultan Osman II. Sultan Ottoman ke-14, Sultan Ahmed I, adalah putra Sultan Mehmed III. Sultan Ahmed I adalah Sultan Ottoman p

Palang Pintu Hatimu

Ada waktu yang beranjak semu Tiada rasa palsu tentang dirimu Jalan-jalan tertutup palang pintu Tetapi, luka yang kau beri tak kan tandingi syukurku Jika kau menangis aku pun lebih teriris Mulutku terbungkam Bukan berarti ku tak peduli Tapi, tak mampu tuk berucap berkali-kali Cukup hati yang saling mengerti Tak perlu banyak berucap janji Maaf, jika kau tak mampu memahamiku Ku tak memaksa akan hal itu Percayalah, Ibu, kutitipkan doa di setiap sujudku Bapak pun peduli akan rasamu Maaf ku tak mampu jaga hatimu Semoga waktu meluluhkan jiwamu Tuk mendengar lirih suara hatiku Sekejap tanpa kata ini cukup menyiksaku Palang pintu hatimu pasti kan terbuka kembali, untuk kami yang selalu menanti Blitar, 13 Mei 2020

Memoar

Diamku tak bisa tutupi rindu Semua terputar dan terus melaju Adakah romansa biru? Bukan, ternyata itu kalbu Perseteruan yang tak henti Memoar itu merasuk hati Bukan benci Tapi, rasa ingin kembali Maaf ucapku menghianati rasa Susah tuk melafalkan kata cinta Namun, doa tetap terajut dalam asa yang tak kenal pagi maupun senja Di rumah-Nya kutitipkan semua Seberapa lama kumelangkah Kuharap tak hanya langkahku yang menuai berkah Tak kesengajaan berikan kesan Jalan-Nya perlahan melekatkan Blitar, 11 Mei 2020

Çok Soğuk

Di benua Eropa terangkum kejutan nyata. Kutemukan kawan di detik-detik perpisahan. Harapan dan doa tetap kupanjatkan di setiap jalan. Dingin membekukan kaki tuk berjalan. Tetapi, dingin mendekatkanku pada kisah perjuangan. Di lain negara, respon tubuh tak lagi sama. Cuaca paling dingin di Indonesia kurasakan di puncak bedugul, Bali. Di perjalanan membuatku tak berkutik. Sulit untuk bernapas. Terkadang batuk yang tak lepas. Di saat yang lain keluar melihat suasana sore di kapal. Aku hanya terdiam di dalam bus bersama dengan bus-bus lain yang ada di kapal. Namun, semua itu tak kurasakan di Turki. Suhu dingin yang paling rendah yang kudapati di negara ini adalah 3 derajat celcius. Tepat di pagi hari setelah sholat subuh. Respon tubuh hanya kedinginan. Tak lebih seperti di puncak bedugul. Alhamdulillah, dapat merasakan musim dingin di Istanbul. Pertemuan singkat yang memberi banyak amanat. Aku sempat berkenalan dengan perempuan Turki di dekat jembatan Bosphorus. Tepatnya di tepi

Belajar dari Covid-19

Dilema untuk kemana-mana. Di dalam rumah pilihan utama. Tak ada yang menyangka pandemi Covid-19 melanda cukup lama. Sedetik senja pun sulit kulihat. Hati terasa terjerat. Tetapi, kenyataan bukan tuk tolak pendapat melainkan memperkuat. Supaya rantai Covid-19 terjerat. Hingga dia tak lagi merasa hebat. Persoalan ini bukan main-main. Jangan hanya dibuat bahan gunjingan. Tak lama ini banyak berita mengabarkan seorang pemuda di kenai pidana. Karena apa coba? Covid-19 sangatlah berbahaya. Maunya ngeprank eh dianya di prank Covid-19. Tak habis pikir. Diberi kebaikan malah dilewatkan. Kayak persoalan satu ini.  Jeruji besi penuh jadi longgarkan tahanan. Ya, beberapa napi dibebaskan.  Guna menghambat penyebaran. Namun, sayangnya tak mereka indahkan. Lagi-lagi berulah dalam kesepian. Risaukan masyarakat untuk berpergian. Ujung-ujungnya mereka kembali lagi ketahanan. Lucu, tapi ya gak bisa ketawa. Alasannya terus saja karena gak ada uang lalu nyuri buat makan. Ada lagi yang takut kala

Di Bawah Lindungan-Nya

Sendiri bukan berarti tak ada yang menjaga. Allah selalu ada untuk kita. Ketika kau tak ingat dengan Allah. Allah tetap memberi kebaikan kepada hamba-Nya. Tiada beda manusia di mata-Nya. Pada suatu waktu, Zul tertinggal seorang diri di Bandara Internasional Turki tepatnya Istanbul. Sehari sebelumnya temannya telah pulang terlebih dahulu. Ya... karena mereka memiliki jadwal pulang yang berbeda. Setelah mereka flight, Zul pun beralih tempat ke mushola yang ada di bandara. Mulanya Zul dan temannya duduk di daerah dekat tempat cek in. Karena di tempat duduk itu mereka bisa mengisi baterai handphone dan istirahat. Di mushola Zul bertemu dengan berbagai orang dari negara yang berbeda-beda. Memang tidak diperbolehkan untuk tidur di mushola. Tetapi, mau bagaimana lagi. Itu satu-satunya tempat yang nyaman. Karena ketika sholat barang-barang pun bisa aman. Utamanya ya bisa sholat tanpa khawatir dengan barang. Pada malam yang cukup dingin dia pun tertidur di mushola. Di sampingnya ada

Sebuah Peringatan berikan Kebaikan

Dunia semakin hari mengungkap berbagai keluh kesahnya. Ia tak bisa berbicara bahwa perlu recovery untuknya. Tetapi, peringatan untuk kita sering kali diutarakan. Sederhana saja, seperti pandemi ini. Lantas kenapa sebagai peringatan? Banyak dari kita yang telah terbutakan oleh harta dan tahta. Sedikit sekali yang melirik saudara kita yang sedang kelaparan di luar sana. Namun, pandemi membalikan kenyataan itu. Kebaikan bak bunga mekar di musim semi. Awalnya sedikit kemudian menjadi bukit. Pancasila sebagai dasar negara dan falsafah hidup bangsa, sangat tampak teraktualisasikan di tengah pandemi ini. Rasa kemanusiaan masyarakat Indonesia meningkat begitu drastis. Saling bergotong royong, sambung menyambung untuk membantu. Berbagai platform online telah membuka layanan donasi. Relawan di penjuru nusantara beraksi. Ingat pejuang melawan Covid-19 bukan hanya dokter dan tenaga kesehatan saja. Tetapi, kita seluruh lapisan masyarakat adalah pejuang. Bukan saatnya saling menjatuhkan tapi s

Cerita di Balik Pandemi

Pandemi yang melanda berbagai negara telah membelenggu cukup lama. Akhirnya terdengar berbagai kabar sudah ada negara-negara yang melonggarkan aktifitas di luar rumah walau hanya beberapa jam. Indonesia memang tidak memberlakukan lockdown total. Tapi, memberlakukan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) di beberapa wilayah. Perekonomian pun perlahan menurun. Banyak pedagang yang menutup tokonya. Ojek yang tidak bisa lagi membawa penumpang. Berbagai hal berubah karena pandemi. Ramadan pun berbeda tidak seperti Ramadan sebelumnya. Kita dianjurkan untuk beribadah di rumah. Tetapi, hal ini jangan membuat lemas dan menyusut semangat kita dalam menambah amalan-amalan di bulan Ramadan. Sebelum bulan Ramadan tiba, saya bersama dengan keponakan ikut berupaya untuk memutus rantai penyebaran Covid-19. Saya sebagai Relawan dari Madrasah Relawan menginisiasi pembagian masker di daerah tempat tinggal saya. Tindakan kecil ini harapannya bisa bermanfaat. Saya tidak mengajak banyak orang d

Pola Hidup Baik dan Waktu yang Efektif Dapat meningkatkan Kinerja Tubuh

Setiap orang pasti memiliki waktu efektif untuk belajar. Tetapi, ada pula yang secara acak belajarnya. Maksudnya tidak konsisten pada waktu yang sama. Belajar dengan waktu yang tepat akan memaksimalkan kinerja otak dan hasil kerja. Tidak perlu mengulang beberapa kali dalam membaca sebuah topik. Pengamatan dari beberapa waktu, saya menemukan jadwal yang tepat untuk belajar. Pagi hari setelah sholat subuh hingga sebelum jam 11 pagi. Maka, di lain waktu itu kegiatan yang tepat dilakukan hanyalah mengasah kinerja otak secara rileks dan meningkatkan imunitas tubuh. Sebuah anjuran untuk tidur sebelum jam 8 malam menurut saya itu sangat baik. Karena memaksimalkan regenerasi sel pada tubuh kita. Sudah banyak yang membicarakan dan meneliti hal ini. Tapi, masih banyak pula milenial yang belum memahami. Banyak yang mengelak bahwa waktu tengah malam bagus untuk nugas lembur. Ada hal yang lebih utama daripada nugas lembur. Hal ini lebih dekat dengan kita. Terkadang kita juga sering lupa

Boarding Pass dan Paspor Dunia

Dari yang tidak tahu menjadi tahu. Anak pemakan beras bulog merangkak untuk mendapat yang dia tidak ketahui. Seseorang berkata padanya, "sepertinya itu boarding pass". Dia diam dan bingung. Itu adalah perkataan dari seorang teman di SMA. Karena kebingungannya membuatnya ingin tahu lebih jauh lagi. Ia meminta penjelasan yang lebih detail. Ya walaupun sudah dijelaskan ternyata dia masih belum paham juga. Sejak itulah si anak pemakan beras bulog berandai-andai bisa tahu boarding pass yang dimaksud. Di lain waktu, ia membaca sebuah artikel yang menjelaskan tugas dari dosen. Pada artikel tersebut dosen memberikan tugas untuk semua Mahasiswanya. Cukup sederhana dan membuat sontak seluruh Mahasiswa. Tugas itu hanya satu yakni membuat paspor. Banyak Mahasiswa yang bertanya-tanya. Lantas Dosen pun menjelaskan apabila kalian sudah memiliki paspor tersebut, maka dunia ada di genggamanmu. Tapi, sertai dengan ilmu yang kamu miliki. Artikel yang dia baca kurang lebih menjelaska

First time abroad

Blue Mosque, Turki Maybe you know more about Turkey than me. I got to know Turkey when I found information about the Istanbul Youth Summit 2020 last Sept. Actually I just learned this country has a story about Constantinople. I found this story from my best friend in senior hight school. She told me about Muhammad Al-Fatih. Another time I received the opportunity to travel in Turkey. I believe that God has the best plan than me. I hope I can fasting in another country. Finally, I can do it in Istanbul. When I pray I want to cry. Because I'm here with a good friend. The Blue Mosque gives a different feel. Not only in front but also in the mosque. Every prayer at the Turkish mosque, my friend and I are always amazed. The history attached to this mosque is very good. Each mosque has a place to save shoes or sandals. I did this trip after the event. The photo above is one of the historical places that I visited in Turkey. I am interested to go Turkey again. 

World Freedom Press Day: Membingkai Kebebasan Pers di Indonesia

World Freedom Press Day diperingati pada 3 Mei. Pada tahun 2020 tepat pada hari ini. Perjalanan panjang kebebasan pers di Indonesia pasti terdapat berbagai lika-liku. Sangat disayangkan karena penerus bangsa tidak banyak yang tahu. Oleh karenanya, artikel ini memberi sedikit wacana terkait itu. Sejak penjajahan Belanda telah ada berbagai percobaan ke dunia jurnalisme. Pers pertama yang resmi dibuat di bawah Gubernur Jenderal Van Imhoff pada 1744, ketika Bataviasche Nouvelles diterbitkan. Namun, keberadaannya tak begitu lama karena dianggap bahaya. Serta, tidak disetujui oleh pihak Belanda. Akhirnya Bataviasche Nouvelles pun berakhir. Setelahnya muncul Bataviasche Koloniale Courant yang pada permulaan abad terakhir tergantikan oleh koran resmi Inggris, Java Government Gazette. Tapi namanya beralih ketika koloni kembali ke Belanda. Pada masa ini nama-nama koran banyak yang tak nyata atau bukan sebenarnya. The Javasche Courant adalah satu-satunya jurnal yang ada dan lembaran resm

Refleksi Pendidikan

Buku kegiatan Belajar Bersama Maestro yang diselenggarakan Kemdikbud 2018 Covid-19 memberi perubahan di semua lini kehidupan. Hari Pendidikan Nasional tahun ini pun menjadi beda dari sebelum-sebelumnya karena adanya pandemi. Hardiknas 2 Mei 2020 diperingati secara online. Pandemi ini bukan hambatan untuk kita menuntut ilmu. Sekolah memang hal yang utama. Tetapi, kita bisa menuntut ilmu dimana-mana. Tidak ada yang mewajibkan menuntut ilmu dengan berseragam, ada papan, meja, maupun kursi. Model pendidikan di Indonesia memang masih terpengaruh dengan pendidikan Barat. Tidak bisa dipungkiri nyatanya seperti itu. Hal utama refleksi pendidikan adalah menuntut ilmu untuk kemaslahatan umat. Bukan hanya formalitas menyusuri pendidikan hingga mendapat gelar yang tinggi. Bukan pula untuk membuat sekat antara yang tidak bersekolah dengan yang sekolah. Moral dan ilmu seperti tak berharga lagi. Politisasi keilmuan sudah terjadi. Tetapi tiada yang gusar akan hal ini. Demi mengembalikan kemurn

Orientasi Hari Buruh

Hari Buruh diperingati oleh beberapa negara di dunia seperti Amerika dan Indonesia. Di Amerika telah terjadi perbudakan sangat lama. Abraham Lincoln menjadi penentang perbudakan yang ada di Amerika. Pada tahun 1858, debat antara Lincoln-Douglas tentang perbudakan ini terkenal di dunia. Perdebatan dimenangkan oleh Abraham Lincoln. Pada tahun 1860 Abraham Lincoln terpilih menjadi Presiden AS, akibatnya daerah AS Selatan memerdekakan diri dan keluar dari negara kesatuan AS kemudian mendirikan Konfederasi. Hal ini mencetuskan pecahnya Perang Saudara AS dan mengganggu perekonomian yang berdasarkan perbudakan. Abraham Lincoln menganggap hal ini perlu dilakukan untuk membumikan hak-hak demokrasi dan ketahanan nasional. Tujuan utamanya yakni membersihkan AS dari penyakit perbudakan. Jabatannya sebagai Presiden pun terancam. Meskipun tujuan yang Lincoln maksudkan demi kebaikan negaranya. Perjuangan yang tak sia-sia. Pada tahun 1865, secara resmi Abraham Lincoln menghapuskan perbudakan